TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (KOPRI) sebagai wadah bagi perempuan dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memiliki peran penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
KOPRI diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam mengawal kebijakan yang adil bagi perempuan di berbagai sektor.
Hal ini disampaikan oleh Laura Natalia, salah satu kader KOPRI PMII Kota Tasikmalaya, yang menekankan bahwa kader KOPRI harus menjadi agen perubahan yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
"Tantangan terhadap keadilan gender masih sangat besar, terutama di wilayah Jawa Barat, di mana masih terdapat ketimpangan dalam berbagai aspek," ujar Laura saat dikonfirmasi.
Laura memaparkan sejumlah data yang menunjukkan masih adanya disparitas signifikan antara laki-laki dan perempuan.
- Pendidikan: Kurang dari 18% perempuan di pedesaan melanjutkan perguruan tinggi, sementara angka partisipasi kasar SMA/SMK perempuan hanya 82%, lebih rendah dibandingkan laki-laki yang mencapai 86%.
- Ketenagakerjaan: Hanya 55% perempuan yang aktif dalam angkatan kerja, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 82%. Selain itu, sebanyak 65% perempuan bekerja di sektor informal tanpa perlindungan hukum.
- Kesehatan: Angka Kematian Ibu (AKI) di pedesaan masih tinggi, yakni 150 per 100.000 kelahiran, sementara target nasional adalah 70 per 100.000.
- Politik: Representasi perempuan di DPRD Jawa Barat masih rendah, hanya 22,5%, jauh dari target kuota nasional sebesar 30%.
Melihat kondisi ini, Laura menegaskan bahwa kader KOPRI harus memiliki kesadaran tinggi terhadap permasalahan ketidakadilan gender yang masih terjadi.
Pemanfaatan Teknologi untuk Perjuangan Perempuan
Selain memperjuangkan kebijakan yang lebih berpihak pada perempuan, Laura juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam menyuarakan isu ketidakadilan gender.
"Di era digital ini, kita harus mampu berinovasi dalam menyuarakan ketidakadilan yang terjadi. Media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan aspirasi, mengedukasi masyarakat, serta memperjuangkan kebijakan yang lebih adil bagi perempuan," ujarnya.
Menurutnya, tantangan yang semakin kompleks menuntut kader KOPRI untuk lebih adaptif dan strategis dalam perjuangan kesetaraan gender.
"Oleh karena itu, penguatan kapasitas kader serta pemanfaatan teknologi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan yang ada," pungkasnya.