Ikuti Kami :

Disarankan:

Kolaborasi HMI dan Komunitas Sahabat Sejalan Rangkul Anak dan Lansia Jalanan di Kota Tasikmalaya

Senin, 23 Juni 2025 | 11:54 WIB
Kolaborasi HMI dan Komunitas Sahabat Sejalan Rangkul Anak dan Lansia Jalanan di Kota Tasikmalaya
Kolaborasi HMI dan Komunitas Sahabat Sejalan Rangkul Anak dan Lansia Jalanan di Kota Tasikmalaya. Foto: NewsTasikmalaya.com/Istimewa.

Suara-suara sunyi dari jalanan kembali diangkat melalui aksi kemanusiaan bertajuk “Dari Jalanan, Kembali Membuka Sebuah Harapan”, sebuah gerakan kolaboratif antara Komunitas Sahabat Sejalan dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Universitas Siliwangi (Unsil) Cabang Tasikmalaya.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com — Suara-suara sunyi dari jalanan kembali diangkat melalui aksi kemanusiaan bertajuk “Dari Jalanan, Kembali Membuka Sebuah Harapan”, sebuah gerakan kolaboratif antara Komunitas Sahabat Sejalan dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Universitas Siliwangi (Unsil) Cabang Tasikmalaya.

Aksi ini digelar pada Sabtu, 22 Juni 2025, di empat titik strategis Kota Tasikmalaya, yakni Masjid Agung, Jalan Doktor Soekardjo, Alun-Alun, dan sekitaran Mayasari. Sebanyak 100 boks makanan dibagikan kepada mereka yang selama ini hidup dalam keterbatasan: anak-anak jalanan, lansia, dan kaum pra-sejahtera.

Ketua Tim Penggerak Sahabat Anak dan Lansia Jalanan, M Jausan Kamil, dalam pernyataannya menekankan bahwa aksi ini bukan sekadar kegiatan amal biasa.

“Setiap hari kita berjalan melewati mereka. Anak-anak tanpa alas kaki. Ibu-ibu menggendong bayi di pinggir jalan. Lelaki tua duduk memegang kardus," kata Jausan.

Ia menegaskan bahwa konstitusi menjamin hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan penghidupan yang layak bagi seluruh rakyat. Namun, kenyataan di lapangan masih menunjukkan adanya kesenjangan besar.

“Berapa miliar rupiah anggaran untuk KIP atau PIP digelontorkan setiap tahun? Apakah anak-anak jalanan bisa menikmatinya? Berapa triliun untuk makanan bergizi gratis? Apakah mereka turut merasakannya? Mereka adalah anak-anak yang tak berdaya, korban dari sistem yang belum hadir untuk mereka. Jangan sampai mereka juga menjadi korban dari negara yang mengabaikan hak-haknya,” ucap Jausan.

Ia pun menyerukan pentingnya sinergi antarinstansi pemerintah untuk tidak saling menonjolkan ego sektoral, agar hak dasar masyarakat, terutama kelompok rentan, tidak terabaikan.

Zilzia Fahreza, Ketua Umum HMI Komisariat Unsil Cabang Tasikmalaya, turut menyuarakan pentingnya membangun empati dan kesadaran kolektif.

“Berbagi adalah bagian dari perjalanan spiritual menuju esensi kehidupan. Jika kau mampu merasakan derita, berarti kau hidup. Jika kau mampu merasakan derita orang lain, berarti kau manusia,” ungkap Zilzia.

Ia menambahkan bahwa gerakan sosial seperti ini adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan, bukan anarki.

“Rebel bukan berarti label anarkis. Mereka adalah wujud dari ketidakmampuan negara mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka tindakan merangkul adalah cinta Tuhan terhadap manusia melalui rasa kasihan,” tegasnya.

Menurut Zilzia, perubahan peradaban tak selalu digerakkan oleh mayoritas, tetapi sering kali lahir dari minoritas yang kreatif dan peduli.

Selain berbagi makanan, aksi ini juga menjadi pintu awal untuk meriset lebih dalam mengenai kebutuhan dan harapan kelompok marginal tersebut.

“Kami ingin mendengar langsung dari mereka. Apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka harapkan. Program ini bukan berhenti di pemberian, tapi dimulai dari mendengarkan,” pungkas Zilzia.

Aksi sosial ini menjadi bukti bahwa harapan bisa tumbuh dari jalanan, saat tangan-tangan muda bersatu dalam empati dan aksi nyata.

Editor
Link Disalin