Ikuti Kami :

Disarankan:

Nasib Pedagang Terminal Indihiang Tasikmalaya yang Kian Merana

Selasa, 20 Agustus 2024 | 09:26 WIB
Nasib Pedagang Terminal Indihiang Tasikmalaya yang Kian Merana
Nasib Pedagang Terminal Indihiang Tasikmalaya yang Kian Merana. Foto: NewsTasikmalaya.com/ Ahdan Ashari

Terminal Bus Tipe A Indihiang, yang dahulu dikenal sebagai terminal terbesar dan paling ramai di Priangan Timur, kini semakin sepi dari aktivitas penumpang. Kondisi ini berbeda jauh dibandingkan saat awal pembukaannya, ketika terminal tersebut menjadi titik sibuk bagi penumpang yang turun atau berangkat dari Kota Tasikmalaya.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Terminal Bus Tipe A Indihiang, yang dahulu dikenal sebagai terminal terbesar dan paling ramai di Priangan Timur, kini semakin sepi dari aktivitas penumpang. Kondisi ini berbeda jauh dibandingkan saat awal pembukaannya, ketika terminal tersebut menjadi titik sibuk bagi penumpang yang turun atau berangkat dari Kota Tasikmalaya.

Penurunan jumlah penumpang di terminal ini diduga sebagai akibat dari praktik yang dilakukan oleh beberapa Perusahaan Otobus (PO) yang lebih memilih menaikkan penumpangnya di pul atau garasi masing-masing, daripada di terminal resmi. Selain itu, keberadaan terminal bayangan dan maraknya travel, baik yang resmi maupun ilegal, juga berdampak terhadap menurunnya jumlah penumpang di terminal ini.

Dampak dari kondisi ini sangat dirasakan oleh para pedagang yang menggantungkan hidupnya dari keramaian terminal. Salah satu pedagang yang merasakan dampak langsung dari penurunan jumlah penumpang ini adalah Neni (56), warga Kampung Sukajaya, Kelurahan Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Neni yang sudah berjualan di terminal ini sejak tahun 2006, menyampaikan keluh kesahnya ketika ditemui pada Selasa (20/8/2024) pagi.

"Setelah COVID-19 sejak tahun 2020 lalu, terminal ini semakin sepi sampai sekarang. Dulu, sebelum pandemi, masih agak ramai, tapi sekarang buka dari subuh jam 5 sampai jam 5 sore, kadang-kadang tidak ada penumpang sama sekali yang beli. Paling-paling yang beli hanya sopir dan kernet bus saja," ungkap Neni.

Neni menjelaskan bahwa situasi saat ini sangat berbeda dibandingkan masa-masa sebelum pandemi.

"Kalau hari libur atau Lebaran memang sedikit lebih ramai, tapi tetap tidak seramai dulu. Sepinya terminal ini juga mungkin karena penumpang lebih banyak naik di pul atau garasi masing-masing PO busnya. Selain itu, banyak juga yang memilih travel atau menggunakan terminal bayangan di tepi-tepi jalan," tambahnya.

Setiap hari, Neni tetap membuka lapaknya di terminal, menjual kopi, rokok, serta nasi uduk dan nasi kuning pada waktu subuh. Meski demikian, ia merasakan penurunan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan masa-masa sebelum pandemi.

"Kalau dulu lumayan ramai, sekarang benar-benar beda jauh. Saya hanya bisa bertahan dan berharap kondisi bisa kembali seperti dulu," tutup Neni dengan nada prihatin.

Kondisi sepinya Terminal Indihiang ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pedagang kecil yang bergantung pada keramaian terminal.

Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi masalah ini dan menghidupkan kembali aktivitas di terminal yang menjadi pusat transportasi utama di Priangan Timur ini.

Editor
Link Disalin