TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com – Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Wakil Ketua II Bidang Eksternal KOPRI INU Tasikmalaya, Laura Natalia Tatiratu, menyampaikan refleksi terkait peran penting perempuan dalam masyarakat dan berbagai tantangan yang masih dihadapi hingga saat ini.
Laura mengungkapkan bahwa Raden Ajeng Kartini merupakan simbol perjuangan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan. Semangat Kartini, kata Laura, menjadi inspirasi besar bagi kaum perempuan untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial.
"Sebagai perempuan, saya percaya bahwa kita harus terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua orang. Bukan berarti harus menyamai laki-laki dalam segala hal, karena kodrat kita berbeda. Namun, hak sebagai manusia, termasuk akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi, harus sama," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (24/4/2025).
Laura menambahkan bahwa ketidakadilan gender masih nyata terjadi di berbagai sektor kehidupan. Tantangan ini, menurutnya, harus menjadi perhatian serius semua pihak.
Senada dengan hal tersebut, anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi PKB, Taufik Nurrohim, S.Psi, mengungkapkan adanya disparitas signifikan antara laki-laki dan perempuan, terutama dalam aspek pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan politik.
Taufik menjelaskan bahwa hanya sekitar 18 persen perempuan di wilayah pedesaan yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tingkat partisipasi sekolah perempuan di jenjang SMA/SMK tercatat 82 persen, lebih rendah dibandingkan laki-laki yang mencapai 86 persen.
Dalam sektor ketenagakerjaan, partisipasi perempuan hanya 55 persen, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 82 persen. Lebih dari separuh perempuan bekerja di sektor informal tanpa perlindungan hukum yang memadai.
“Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) di pedesaan masih tinggi, yakni 150 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target nasional adalah 70 per 100.000. Sementara itu, keterwakilan perempuan di DPRD Jawa Barat baru mencapai 22,5 persen, jauh dari target kuota 30 persen,” kata Taufik.
Laura berharap, peringatan Hari Kartini tidak hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi juga momentum untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap isu-isu perempuan.
“Kita harus memastikan suara perempuan didengar dan dihargai dalam setiap pengambilan keputusan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat,” pungkasnya.