Ikuti Kami :

Disarankan:

Polisi Belum Terima Laporan Dugaan Penipuan Program MBG di Kota Tasikmalaya

Jumat, 31 Januari 2025 | 15:13 WIB
Polisi Belum Terima Laporan Dugaan Penipuan Program MBG di Kota Tasikmalaya
Polisi Belum Terima Laporan Dugaan Penipuan Program MBG di Kota Tasikmalaya. Foto: NewsTasikmalaya.com/Tian K.

Polres Tasikmalaya Kota mengaku belum menerima laporan resmi terkait dugaan penipuan dengan modus pencatutan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden RI Prabowo Subianto.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Polres Tasikmalaya Kota mengaku belum menerima laporan resmi terkait dugaan penipuan dengan modus pencatutan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden RI Prabowo Subianto.  

"Kami belum menerima laporan terkait kasus ini, namun masih mendalami informasi," kata Kasi Humas Polres Tasikmalaya Kota, Iptu Jajang Kurniawan, saat dikonfirmasi, Jumat (31/1/2025) pagi.  

Meski demikian, pihak kepolisian tetap akan melakukan penyelidikan, terutama jika ditemukan unsur tindak pidana dalam kasus tersebut.  

"Kami mengimbau para korban untuk segera melapor secara resmi ke pihak kepolisian agar kasus ini dapat ditindaklanjuti," tambahnya.  

Sebelumnya, puluhan warga di Kota Tasikmalaya diduga menjadi korban penipuan oleh oknum paguyuban yang menjanjikan mereka menjadi supplier program MBG. Para korban diminta menyetorkan sejumlah uang untuk mendapatkan sertifikat halal sebagai syarat bergabung.  

Salah seorang korban, Moena Rosliana (35), warga Kecamatan Bungursari, mengaku tertarik mengikuti program setelah menerima informasi dari seorang temannya. Ia pun menghadiri sosialisasi di wilayah Cilembang, di mana seseorang yang mengaku sebagai pihak penyedia sertifikat halal meminta peserta membayar Rp 8,5 juta di tempat.  

"Saat sosialisasi, ada yang datang mengaku dari pihak halal, tapi tidak menyebutkan kartu anggota. Ketika ditanya soal biaya sertifikat halal, kami langsung diminta membayar sekitar Rp 8,5 juta di tempat," ujar Moena, Kamis (30/1/2025).  

Moena dan ibunya akhirnya ikut serta dan masing-masing menyetor uang tersebut untuk membuka dua dapur sesuai persyaratan yang diminta. Namun, pada pertengahan Desember 2024, mereka kembali dimintai uang sebesar Rp 2,2 juta untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek) yang hingga kini belum terlaksana.

"Uang bimtek tetap ditagih, padahal sampai sekarang pelatihannya belum juga terlaksana. Alasannya selalu berubah-ubah," ungkapnya.  

Moena mengaku telah membangun dua dapur dengan fasilitas lengkap agar bisa memenuhi syarat sebagai supplier MBG.  

"Awalnya lahan itu hanya kebun, kemudian kami percepat pembangunannya menggunakan modal yang sebenarnya tidak ada, tapi dipaksakan agar bisa memenuhi syarat program ini," tuturnya.  

Total dana yang dikeluarkan untuk membangun dapur dan kantor mencapai Rp 300 juta, belum termasuk biaya akomodasi dan kendaraan operasional. Jika ditotal keseluruhan, Moena memperkirakan kerugiannya mencapai Rp 800 juta, termasuk uang yang sudah ia setorkan.  

"Teman-teman yang lain juga mulai menyadari kalau ini adalah penipuan. Kami sudah mencoba menghubungi oknum tersebut selama dua minggu, tetapi tidak ada jawaban. Bahkan di grup WhatsApp, komentar dibatasi dan kami dilarang membahas masalah ini," tambahnya.  

Kini, para korban masih menunggu kejelasan dan mempertimbangkan langkah hukum untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib.

Editor
Link Disalin