TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Puluhan warga di Kota Tasikmalaya menjadi korban dugaan penipuan berkedok Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Oknum yang mengatasnamakan sebuah paguyuban menjanjikan korban peluang menjadi supplier MBG, dengan syarat menyetorkan sejumlah uanguntuk mendapatkan sertifikat halal.
Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya, Asep Sukmana, menyesalkan adanya pihak yang memanfaatkan program MBG untuk kepentingan pribadi.
"Kita harus berhati-hati dan jangan mudah percaya jika tawaran tersebut tidak berasal dari pihak yang kompeten dan berwenang," ujarnya kepada wartawan, Jumat (31/1/2025).
Asep menegaskan bahwa di Kota Tasikmalaya, program MBG dikoordinasikan langsung oleh Kodim 0612/Tasikmalaya.
"Saya hanya bisa mengimbau masyarakat agar lebih waspada jika ada penawaran yang tidak jelas. Jika ragu, tanyakan langsung kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini Kodim atau instansi terkait, apalagi jika mengatasnamakan presiden," tegasnya.
Ia berharap kasus serupa tidak kembali terjadi. "Mudah-mudahan ini tidak terulang lagi, kasihan warga yang menjadi korban," tambahnya.
Salah satu korban, Moena Rosliana (35), warga Kecamatan Bungursari, menceritakan kronologi kejadian yang menimpanya. Ia mengetahui informasi program MBG dari temannya melalui sebuah tautan.
Setelah itu, ia bersama sejumlah warga menghadiri pertemuan di Cilembang, yang disebut sebagai sosialisasi sertifikat halal.
"Saat sosialisasi, ada seseorang yang mengaku dari pihak halal, tetapi tidak menunjukkan identitas resmi. Saat ditanya soal biaya sertifikat, kami langsung diminta membayar Rp 8,5 juta di tempat," ungkapnya, Kamis (30/1/2025).
Karena percaya, Moena dan ibunya masing-masing membayar Rp 8,5 juta serta membangun dua dapur untuk memenuhi persyaratan sebagai supplier MBG.
Namun, pada pertengahan Desember 2024, oknum tersebut kembali menghubungi peserta dan mengajak mereka mengikuti bimbingan teknis (bimtek). Namun, mereka kembali dimintai Rp 2,2 juta untuk mengikuti pelatihan tersebut.
"Uang bimtek tetap ditagih, padahal hingga kini pelatihannya belum terlaksana. Alasannya selalu berubah-ubah, semua hanya berujung pada permintaan uang," kata Moena.
Merasa curiga, Moena mulai mencari informasi mengenai paguyuban tersebut dan berkoordinasi dengan Kodim 0612/Tasikmalaya. Dari hasil penelusurannya, ia mendapatkan konfirmasi bahwa program yang ditawarkan bukan bagian dari MBG yang resmi.
"Ternyata ini memang modus penipuan," ujarnya.
Demi memenuhi syarat sebagai supplier MBG, Moena telah membangun dua dapur lengkap. "Awalnya hanya lahan kosong, tapi kami paksakan membangun dapur agar bisa ikut program ini. Semua modal kami keluarkan meskipun sulit," tuturnya.
Untuk pembangunan dapur dan kantor, Moena mengaku telah menghabiskan dana sekitar Rp 300 juta, belum termasuk biaya akomodasi dan kendaraan operasional. Jika dihitung secara keseluruhan, ia mengalami kerugian sekitar Rp 800 juta, termasuk uang yang telah ia setorkan.
"Teman-teman yang lain juga mulai menyadari bahwa ini adalah penipuan," katanya.
Kecurigaan semakin kuat setelah para korban mencoba menghubungi oknum tersebut, tetapi tidak mendapatkan respons.
"Sudah dua minggu kami coba menghubungi, tapi tidak ada jawaban. Bahkan di grup WhatsApp, komentar dibatasi dan kami dilarang membahas masalah ini," pungkasnya.