Ikuti Kami :

Disarankan:

RAA Kusumadiningrat, Peletak Dasar Pendidikan dan Pembangunan Modern di Ciamis

Jumat, 02 Mei 2025 | 20:13 WIB
RAA Kusumadiningrat, Peletak Dasar Pendidikan dan Pembangunan Modern di Ciamis
RAA Kusumadiningrat, Peletak Dasar Pendidikan dan Pembangunan Modern di Ciamis. Foto: NewsTasikmalaya.com/Andri M.

Raden Adipati Aria (RAA) Kusumadiningrat, Bupati ke-16 Kabupaten Galuh yang kini menjadi Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai sosok pemimpin visioner yang meletakkan dasar pembangunan di berbagai bidang selama masa pemerintahannya pada 1839–1886. Sosok yang akrab disapa Kangjeng Prebu ini meninggalkan banyak warisan yang masih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat hingga kini.

CIAMIS, NewsTasikmalaya.com – Raden Adipati Aria (RAA) Kusumadiningrat, Bupati ke-16 Kabupaten Galuh yang kini menjadi Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai sosok pemimpin visioner yang meletakkan dasar pembangunan di berbagai bidang selama masa pemerintahannya pada 1839–1886. Sosok yang akrab disapa Kangjeng Prebu ini meninggalkan banyak warisan yang masih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat hingga kini.

Dalam bidang pertanian, RAA Kusumadiningrat membangun sejumlah bendungan dan jaringan irigasi, seperti Dam Irigasi Nagawiru. Sementara di sektor transportasi, salah satu peninggalan terkenalnya adalah Jembatan Cirahong yang menghubungkan Ciamis dan Tasikmalaya.

Penataan kota Ciamis sebagai ibu kota Kabupaten Galuh juga mendapat perhatian khusus. Pada periode 1859–1870, beliau membangun alun-alun serta sejumlah gedung strategis di sekitarnya seperti Gedung Loji (kini Pendopo), Gedung Otonom (kini Kantor DPRD), tangsi militer, penjara, Masjid Agung, kantor kontrolir, dan kantor kawat (telepon).

“Beliau juga sangat memperhatikan pendidikan,” ujar Ilham Purwa, Dosen Prodi Kegaluhan Universitas Galuh Ciamis, Jumat (2/5/2025).

Menurut Ilham, salah satu warisan terpenting Kangjeng Prebu adalah pendirian Sekolah Sunda untuk Putri (Haar Schooltje te Tjiamis) pada tahun 1862, yang berlokasi di dekat Kantor Kawat, sebelah Gedung Negara (Pendopo). Ini merupakan sekolah formal pertama di Ciamis.

RAA Kusumadiningrat dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Ia adalah orang pertama di Ciamis yang mampu membaca dan menulis huruf Latin, fasih berbahasa Belanda dan Prancis, bahkan berlangganan surat kabar berbahasa Prancis, sebuah hal yang langka pada masa itu.

Pada awalnya, ia mendatangkan guru dari Belanda untuk mengajarkan anak-anak dan kerabatnya. Namun kemudian, perhatian besarnya terhadap pendidikan diwujudkan dengan mendirikan sekolah putri terbuka untuk umum di Ciamis pada 1862, disusul pendirian sekolah serupa di Kawali tahun 1872.

Selain itu, beliau juga mendirikan Holland Inlandsche School (HIS) di dekat Pabrik Minyak Olvado, Warung Asem, yang kini menjadi SMPN 5 Ciamis. Tak hanya itu, Sekolah Oriental (Cung Hua Cung Huai) untuk komunitas Tionghoa juga didirikan di Jalan Pemuda (sekarang Gedung Puspita).

“Ini tak lepas dari pernikahannya dengan salah satu istri dari etnis Tionghoa, Juwita Ningrat (The Vit Nio),” jelas Ilham.

RAA Kusumadiningrat beserta keempat istrinya dimakamkan di Situs Jambansari, yang juga menjadi lokasi pemakaman keturunannya hingga kini. Ia juga dikenal sebagai penggagas pendirian volkschool (sekolah rakyat) di setiap desa.

“Kangjeng Prebu adalah peletak dasar pendidikan modern di Ciamis,” tegas Ilham, yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris I Dewan Kebudayaan Ciamis.

Ia menilai, momentum Hardiknas tahun ini semestinya menjadi dorongan untuk mengembalikan identitas sejarah pendidikan lokal, termasuk nomenklatur sekolah.

“Sudah saatnya nama-nama sekolah tak sekadar berdasarkan nomor urut atau wilayah, tapi kembali pada nama-nama lama yang sarat makna sejarah dan kebanggaan lokal (local pride),” ujarnya.

Ilham mencontohkan, SDN 3 Ciamis yang dulunya dikenal sebagai SDN Janggala, SDN 2 Ciamis (SDN Gayam), SDN 1 Ciamis (SDN Olvado), SDN 1 Linggasari (SDN Bebedilan), SDN 3 Baregbeg (SDN Gajah Barong), serta MTsN 9 Ciamis yang dahulu dikenal sebagai MTsN Sindangkasih.

“Ini hanya sebagian contoh. Masih banyak nama-nama sekolah lain yang melekat kuat dalam ingatan masyarakat dan alumni. Ini perlu dipertimbangkan demi pelestarian nilai sejarah dan budaya lokal,” pungkasnya.

Editor
Link Disalin