Ikuti Kami :

Disarankan:

Tanaman Cabai di Sukamantri Ciamis Diserang Hama Patek, Petani Merugi

Sabtu, 01 Februari 2025 | 21:44 WIB
Tanaman Cabai di Sukamantri Ciamis Diserang Hama Patek, Petani Merugi
Tanaman Cabai di Sukamantri Ciamis Diserang Hama Patek, Petani Merugi. Foto: NewsTasikmalaya.com/Andri M

Petani cabai di kawasan agropolitan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, tengah menghadapi ancaman serius akibat serangan hama patek.

CIAMIS, NewsTasikmalaya.com - Petani cabai di kawasan agropolitan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, tengah menghadapi ancaman serius akibat serangan hama patek atau antraknos yang telah berlangsung lebih dari dua bulan terakhir.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici ini menyerang berbagai jenis cabai, mulai dari akar hingga pucuk, dengan dampak paling parah pada buah.  

Buah cabai yang terinfeksi patek awalnya menunjukkan bercak coklat kehitaman, kemudian membusuk, melunak, hingga akhirnya mengering dan mengkerut. Kondisi ini menyebabkan hasil panen petani turun drastis hingga lebih dari 50 persen.  

Hasil Panen Anjlok Drastis

Darno (60), seorang petani cabai di Blok Puncak Joho, Dusun Nusasireum, Desa Cibeureum, mengaku hasil panennya jauh menurun akibat serangan penyakit ini.

Dalam kondisi normal, dari lahan seluas 70 bata (sekitar 0,1 hektare), ia bisa memanen antara 1 hingga 1,5 kuintal cabai rawit merah setiap empat hari sekali. 

Namun, dalam tiga bulan terakhir, hasil panennya hanya berkisar 30 hingga 50 kilogram per panen.  

"Biasanya setiap panen bisa dapat 1 kuintal lebih, tapi sekarang paling banyak 50 kilogram, bahkan sering di bawah itu," ujar Darno, Sabtu (1/2/2025).  

Cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir diduga menjadi faktor utama meningkatnya serangan hama dan penyakit, termasuk patek. 

Kelembaban tinggi mempercepat penyebaran jamur, yang pada akhirnya berdampak buruk pada produktivitas tanaman cabai.  

Harga Cabai Melonjak, Petani Sedikit Terbantu 

Selain hasil panen yang merosot, petani juga sempat mengalami tekanan akibat harga cabai yang anjlok. 

Pada awal panen tiga bulan lalu, harga cabai rawit merah di tingkat petani hanya berkisar Rp150 ribu hingga Rp18 ribu per kilogram. 

Kondisi ini membuat petani kesulitan menutupi biaya perawatan, seperti pembelian pupuk dan obat-obatan.  

Namun, dalam sebulan terakhir, harga cabai mengalami lonjakan signifikan, mencapai Rp50 ribu per kilogram di tingkat petani.

Hal ini sedikit memberikan harapan bagi mereka untuk menutupi kerugian akibat gagal panen.  

"Alhamdulillah sekarang harganya naik, jadi masih bisa bertahan meskipun panennya berkurang," kata Darno.  

Upaya Pengendalian Hama Patek 

Petani di Sukamantri terus berupaya mengendalikan penyebaran penyakit patek dengan berbagai cara, seperti penyemprotan fungisida, perbaikan sistem drainase agar lahan tidak terlalu lembab, serta pemangkasan buah yang terinfeksi.  

"Buah yang sudah terkena patek harus segera dipetik dan dibuang agar tidak menular ke yang lain. Kalau dibiarkan di pohon, penyakit ini bisa menyebar dengan cepat, seperti virus," jelas Darno.  

Setiap harinya, Darno harus membuang sekitar 10 hingga 15 kilogram cabai yang sudah terinfeksi. 

Proses ini dilakukan secara rutin agar tanaman yang masih sehat bisa tetap bertahan.  

Di tengah tantangan ini, Darno tetap optimis. Ia berharap cuaca segera membaik dan penyakit patek bisa dikendalikan, sehingga hasil panen dapat kembali normal.

"Kalau pemeliharaannya baik, cabai ini bisa bertahan hingga 1,5 tahun dan terus dipanen setiap empat hari sekali," tutupnya.

 

 

Editor
Link Disalin