TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com – Munir (65), warga Kampung Nagarasari, Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, mengalami luka serius setelah menjadi korban kekerasan geng motor di Jalan Tamansari, Kelurahan Mulyasari, pada Minggu (9/2/2025) dini hari.
Insiden tragis yang menimpa dirinya dan sang istri, Emin (63), kini berbuntut masalah baru, tagihan rumah sakit sebesar Rp15 juta yang sulit mereka bayar.
Peristiwa nahas itu terjadi saat Munir dan Emin dalam perjalanan menuju Pasar Cikurubuk sekitar pukul 02.30 WIB. Tiba-tiba, dua pemuda yang berboncengan motor melempar benda tajam ke arah mereka. Akibat serangan tersebut, jari tangan Munir patah dan harus mendapatkan perawatan di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
Namun, setelah menjalani operasi dan pemasangan pen pada jarinya, Munir kini dihadapkan pada masalah baru, tagihan rumah sakit yang mencapai Rp15 juta.
"Biayanya besar sekali, kami tidak sanggup membayarnya. Saya hanya petani dan istri saya berjualan umbi-umbian rebus. Uang sebanyak itu kami tidak punya," ujar Munir dengan nada penuh kebingungan, Selasa (11/2/2025).
Menurut Munir, biaya pengobatannya tidak bisa ditanggung BPJS atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) karena kasusnya merupakan korban kekerasan.
"Kami berharap ada keringanan atau bahkan bisa dibebaskan dari tagihan ini. Sudah sakit karena dianiaya, sekarang masih harus memikirkan biaya pengobatan," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, Titie Purwaningsari, menjelaskan bahwa pasien korban kekerasan memang tidak bisa menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
Namun, ia memastikan bahwa Munir dapat mengajukan bantuan melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
"Pasien bisa memanfaatkan fasilitas dari LPSK untuk biaya pengobatan. Keluarga sudah mengurus administrasinya agar bisa mendapatkan bantuan," terang Titie.
Munir sebenarnya sudah diizinkan pulang oleh dokter sejak pukul 10.00 WIB, namun ia dan istrinya masih tertahan di rumah sakit karena proses administrasi yang belum selesai.
"Untung ada saudara yang membantu mengurus ini semua. Saya hanya bisa menunggu, semoga ada jalan keluar," pungkas Munir.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa kekerasan jalanan tak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga beban finansial bagi para korbannya.