Ikuti Kami :

Disarankan:

Suasana Haru Tarawih Pertama Korban Pergerakan Tanah Cineam Tasikmalaya di Lokasi Pengungsian

Jumat, 28 Februari 2025 | 22:05 WIB
Suasana Haru Tarawih Pertama Korban Pergerakan Tanah Cineam Tasikmalaya di Lokasi Pengungsian
Suasana Haru Tarawih Pertama Korban Pergerakan Tanah Cineam Tasikmalaya di Lokasi Pengungsian. Foto: NewsTasikmalaya.com/Denden.

Suasana haru menyelimuti pelaksanaan salat tarawih pertama Ramadan di pengungsian korban pergerakan tanah di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (28/2/2025) malam.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com – Suasana haru menyelimuti pelaksanaan salat tarawih pertama Ramadan di pengungsian korban pergerakan tanah di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (28/2/2025) malam.  

Di tengah keterbatasan, warga yang terdampak bencana berkumpul di GOR Desa Cikondang, tempat mereka mengungsi setelah rumah-rumah mereka hancur akibat pergerakan tanah yang semakin meluas.

Sebelum salat tarawih dilakukan, tokoh agama dan Bhabinkamtibmas Desa Cikondang dari Polsek Cineam memberikan imbauan dan motivasi, agar warga semangat dalam menjalankan ibadah puasa.

Tak ada sajadah yang berjejer rapi seperti di masjid, tak ada lantunan ayat suci dari pengeras suara yang biasa terdengar di surau kampung. Namun, meski hanya beralaskan tikar seadanya, mereka tetap khusyuk menjalankan ibadah bersama.  

Rasa kehilangan dan kesedihan tampak jelas di wajah para jamaah. Beberapa orang terlihat menyeka air mata ketika imam mulai mengimami salat. Di barisan belakang, anak-anak duduk berdekatan dengan orang tua mereka, seolah mencari ketenangan di tengah situasi yang sulit.  

"Biasanya kami tarawih di masjid dekat rumah, sekarang harus di pengungsian. Rasanya sedih, tapi kami tetap bersyukur masih bisa berkumpul dan beribadah bersama," ujar Rasman (45), seorang ketua RT, sekaligus pengungsi, dengan suara bergetar.  

Ketua MUI Desa Cikondang, KH. Rukmana, yang memimpin salat tarawih malam itu, juga tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Ia menyampaikan bahwa Ramadan tahun ini terasa berbeda bagi warga, karena mereka harus menjalani ibadah dalam kondisi darurat.  

"Ini pengalaman pertama bagi kami semua, melaksanakan tarawih di pengungsian. Biasanya kami di masjid yang sekarang sudah roboh. Tapi kami harus tetap sabar dan yakin bahwa ujian ini akan berlalu," katanya.  

Selain salat tarawih, warga di pengungsian juga akan mengadakan kuliah subuh dan tadarus bersama. Semua kegiatan dilakukan untuk menjaga semangat kebersamaan dan keimanan di tengah cobaan yang mereka hadapi.  

Sejak akhir Januari 2025, bencana pergerakan tanah telah mengubah kehidupan warga Desa Cikondang. Setiap hari, tanah bergeser hingga 10-20 cm per jam, menyebabkan rumah-rumah retak dan akhirnya roboh.  

Menurut data terbaru, sebanyak 103 kepala keluarga (271 jiwa) terdampak, dengan 88 KK (223 jiwa) telah dievakuasi. Rumah mereka kini hanya tinggal puing-puing, sementara masjid dan madrasah yang dulu menjadi pusat ibadah dan pendidikan kini rata dengan tanah.  

Tidak sedikit warga yang harus meninggalkan kampung halamannya, mencari tempat tinggal sementara di rumah kerabat atau bahkan di luar desa. Namun, bagi mereka yang bertahan di pengungsian, Ramadan tetap menjadi momen untuk memperkuat keteguhan hati.  

"Kami hanya bisa berharap bencana ini segera berakhir. Kami rindu rumah kami, rindu suasana Ramadan seperti dulu. Tapi setidaknya, kami masih bisa bersama, beribadah, dan saling menguatkan," kata Rukmana.  

Di tengah kondisi yang serba terbatas, warga tetap berusaha menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh kesabaran. Meski harus berbuka puasa dan sahur di pengungsian, mereka meyakini bahwa cobaan ini akan membawa hikmah dan kekuatan baru bagi mereka.

Editor
Link Disalin