Ikuti Kami :

Disarankan:

Warga Tasikmalaya Jadi Korban Penipuan Modus Pencatutan Program Makan Bergizi Gratis, Kerugian Capai Ratusan Juta

Kamis, 30 Januari 2025 | 19:51 WIB
Warga Tasikmalaya Jadi Korban Penipuan Modus Pencatutan Program Makan Bergizi Gratis, Kerugian Capai Ratusan Juta
Warga Tasikmalaya Jadi Korban Penipuan Modus Pencatutan Program Makan Bergizi Gratis, Kerugian Capai Ratusan Juta. Foto: NewsTasikmalaya.com/Tian K.

Sejumlah warga di Kota Tasikmalaya menjadi korban penipuan dengan modus pencatutan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh oknum yang mengatasnamakan sebuah paguyuban. Para korban dijanjikan peluang menjadi supplier MBG, tetapi dengan syarat menyetor sejumlah uang untuk mendapatkan sertifikat halal.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Sejumlah warga di Kota Tasikmalaya menjadi korban penipuan dengan modus pencatutan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh oknum yang mengatasnamakan sebuah paguyuban. Para korban dijanjikan peluang menjadi supplier MBG, tetapi dengan syarat menyetor sejumlah uang untuk mendapatkan sertifikat halal.  

Salah seorang korban, Moena Rosliana (35), warga Kecamatan Bungursari, menceritakan kronologi kejadian tersebut. Awalnya, ia menerima tautan informasi mengenai program MBG dari temannya. Bersama beberapa calon peserta lainnya, ia kemudian mengikuti pertemuan di wilayah Cilembang yang disebut sebagai sosialisasi program.  

"Saat sosialisasi, ada yang datang mengaku dari pihak halal, tapi tidak menyebutkan kartu anggota. Ketika ditanya soal biaya sertifikat halal, kami langsung diminta membayar sekitar Rp 8,5 juta di tempat," ujar Moena kepada wartawan, Kamis (30/1/2025).  

Moena mengaku kaget karena baru pertama kali bertemu, oknum tersebut sudah meminta sejumlah uang agar bisa menjadi supplier MBG.  

"Saya dan ibu saya akhirnya ikut, masing-masing membayar Rp 8,5 juta dan membuka dua dapur sesuai persyaratan mereka," tambahnya.  

Pada pertengahan Desember 2024, oknum tersebut kembali menghubungi peserta, mengajak mereka untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek) sebagai bagian dari program. Namun, mereka kembali dimintai uang tambahan sebesar Rp 2,2 juta untuk mengikuti pelatihan tersebut.  

"Uang bimtek tetap ditagih, padahal sampai sekarang pelatihannya belum juga terlaksana. Alasannya selalu berubah-ubah. Jadi semuanya hanya meminta uang," ungkapnya.  

Merasa ada kejanggalan, Moena mulai mencari informasi lebih lanjut mengenai paguyuban tersebut. Ia bahkan berkoordinasi dengan Kodim dan diarahkan ke pihak Sentra Pangan dan Gizi (SPPG).

"Dari informasi yang saya dapat, ternyata ini memang modus penipuan," ujarnya.  

Untuk memenuhi syarat menjadi supplier MBG, Moena telah membangun dua dapur dengan fasilitas lengkap.  

"Awalnya lahan itu hanya kebun, kemudian kami percepat pembangunannya menggunakan modal yang sebenarnya tidak ada, tapi dipaksakan agar bisa memenuhi syarat program ini," tuturnya.  

Total dana yang sudah dikeluarkan untuk membangun dapur dan kantor mencapai Rp 300 juta, belum termasuk biaya akomodasi dan kendaraan operasional.  

"Jika ditotal keseluruhan, kerugian saya sekitar Rp 800 juta, termasuk uang yang sudah saya setorkan sebesar Rp 8,5 juta. Teman-teman yang lain juga mulai menyadari kalau ini adalah penipuan," katanya.  

Kecurigaan semakin kuat setelah ia dan korban lainnya mencoba menghubungi oknum tersebut, tetapi tidak mendapatkan respons.  

"Sudah dua minggu kami coba menghubungi, tapi tidak ada jawaban. Bahkan di grup WhatsApp, komentar dibatasi dan dilarang untuk membahas masalah ini," pungkasnya.

Editor
Link Disalin