Ikuti Kami :

Disarankan:

Pendiri NII Crisis Center Apresiasi Penangkapan Terduga Teroris di Tasikmalaya

Kamis, 06 Februari 2025 | 15:02 WIB
Pendiri NII Crisis Center Apresiasi Penangkapan Terduga Teroris di Tasikmalaya
Pendiri NII Crisis Center Apresiasi Penangkapan Terduga Teroris di Tasikmalaya. Foto: NewsTasikmalaya.com/Denden.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, mengapresiasi langkah aparat Densus 88 Antiteror yang menangkap terduga teroris berinisial TE (52) di Desa Cipacing, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, pada Rabu (5/2/2025).

JAKARTA, NewsTasikmalaya.com - Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, mengapresiasi langkah aparat Densus 88 Antiteror yang menangkap terduga teroris berinisial TE (52) di Desa Cipacing, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, pada Rabu (5/2/2025).  

Menurut informasi yang diterima Ken, TE diduga merupakan bagian dari jaringan NII yang sebelumnya telah terungkap dalam sejumlah penangkapan di Sumatera Barat dan Jambi.

Sebanyak 16 tersangka teroris telah ditangkap di Sumatera Barat, terdiri dari 12 orang di Kabupaten Dharmasraya dan 4 orang di Kabupaten Tanah Datar. Selain itu, sebanyak 1.257 anggota NII di Sumatera Barat menyatakan mencabut baiat dan berikrar setia kepada NKRI.  

Di Jambi, tiga orang terduga teroris NII juga telah ditangkap, dua di antaranya merupakan pegawai pemerintah daerah. Selain itu, 256 anggota NII di Jambi turut mencabut baiat dan menyatakan kesetiaan kepada NKRI. Salah satu di antaranya adalah seorang guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi, Profesor Hadiyanto.  

 

NII dan Sejarah Aksi Teror di Indonesia

Ken Setiawan menyebut bahwa NII merupakan cikal bakal dari berbagai kelompok terorisme di Indonesia. Ia menegaskan bahwa sebelum peristiwa Bom Bali terjadi, berbagai aksi terorisme telah dilakukan oleh tokoh-tokoh NII, terutama sejak tahun 1975.  

"Sejak era Komando Jihad (Komji), kelompok ini telah melakukan berbagai aksi teror di Jawa dan Sumatera," ujar Ken.  

Beberapa aksi yang dikaitkan dengan kelompok NII antara lain:  

- Perampokan di Batang Sereh, Belawan, Sumatera Utara pada Juni 1976  

- Pengeboman sejumlah tempat hiburan di Medan, seperti Bioskop Ria dan Bar Apollo  

- Peledakan granat di Masjid Nurul Iman, Padang, saat Musabaqah Tilawatil Qur’an  

- Perampokan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Ciamis pada 1980  

- Penyerangan terhadap empat anggota polisi di Bandung pada 1981  

- Pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla pada 28 Maret 1981  

- Pengeboman Candi Borobudur pada 21 Januari 1985  

- Perampokan pom bensin dan aksi makar di Talangsari, Lampung, tahun 1989  

 

Ken juga mengingatkan bahwa tidak semua anggota NII yang mencabut baiat benar-benar telah meninggalkan ideologi mereka. Ia mencontohkan kasus Agus Sujatno, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung, tahun 2022. Agus sebelumnya telah ditangkap dan menjalani hukuman, tetapi setelah bebas, ia kembali melakukan aksi teror.  

 

Metamorfosis NII Gaya Baru

Menurut Ken, kelompok NII saat ini telah bertransformasi dengan menggunakan metode rekrutmen yang lebih halus. Mereka menyusup ke masyarakat melalui kegiatan sosial, seperti mendirikan yayasan yatim piatu, program kemanusiaan, hingga pelatihan kewirausahaan.  

"Kelompok ini bisa berpotensi menjadi bibit aksi terorisme lone wolf karena memusuhi masyarakat lain yang dianggap layak diperangi, atau yang secara ideologis menolak bentuk negara NKRI," jelasnya.  

Ia pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap propaganda kelompok radikal yang menyamar dalam berbagai kegiatan sosial.  

"Saat ini banyak jaringan kelompok radikal yang beroperasi dengan cover kegiatan sosial. Bisa jadi mereka sudah ada di sekitar kita," pungkas Ken.

Editor
Link Disalin